Hal yang patut digarisbawahi adalah follower banyak tak selalu menguntungkan. Memang sih pada era segala hal bisa dikapitalisasi, memiliki jumlah follower banyak merupakan sebuah anugerah tersendiri.
Kita tengok saja selebgram yang banyak bermunculan belakangan ini. Dengan mengambil sampel secara random, saya dapati akun-akun selebgram memiliki pengikut puluhan hingga ratusan ribu. Pada level artis beken yang sering muncul di acara tivi, film atau pun video klip maka jumlah follower bisa mencapai angka fantastis, jutaan.
Maka jangan heran bila online shop berdatangan untuk menggunakan jasa selebgram untuk mempromosikan produknya. Lantas, apakah hal ini salah? Entahlah, jika pertanyaan ini dilontarkan kepada peserta acara cerdas cermat yang dipandu oleh Helmy Yahya pun saya yakin mereka akan menjawab secara normatif, yaitu relatif.
Hubungan online shop dengan selebgram ini boleh lah dikategorikan sebagai hubungan simbiosis mutualisme. Online shop-nya untung karena produknya dipromosikan, dengan harapan omset penjualan produk atau jasa meningkat. Sedangkan bagi selebgram sendiri, keuntungan materi yang cukup lumayan bisa diraih.
Bukan hanya selebgram ya, selebtwit pun dengan jumlah follower mencapai puluhan ribu menjadi endorser beberapa produk. Namun belakangan ini saya melihat di Twitter jasa endorser mulai tergantikan oleh buzzer. Buzzer ini secara beramai-ramai melakukan promosi atas suatu produk yang ingin diperkenalkan.
Promosi Produk, Jasa, Kelakuan dan Pemikiran di Media Sosial
Di lain sisi, saya melihat jika produk yang dipromosikan oleh seorang selebgram, selebtwit, ataupun buzzer bertentangan dengan kenyataan, maka sejatinya terjadi semacam ke-tak-elokan moral di dalamnya. Maksudnya suatu produk A dipromosikan secara positif, padahal di dapurnya dirasani kalau produk A itu jelek.
Ambil contoh sederhana, ketika launching suatu produk kuliner XYZ, maka mau tak mau si selebgram, selebtwit, dan buzzer tentu akan bilang produk kuliner XYZ itu enak gak kalah dengan produk sejenis. Bahkan kadang sedikit lebay. Semacam kehilangan obyektifitas atas produk yang sedang dipromosikan. Mana ada kecap nomer dua.
Itu baru dari segi produk yang sedang dipasarkan atau dipromosikan. Bagaimana jika suatu pendapat, tindakan, pemikiran, narasi yang sedang disampaikan oleh selebgram, selebtwit, dan buzzer? Menurut saya, nilai pertanggungjawabannya lebih berat daripada mempromosikan suatu produk.
Jika selebgram atau selebtwit dengan ratusan ribu follower setia bahkan fanatik melakukan suatu tindakan tidak terpuji kemudian disebarkan di media sosialnya, bisa jadi follower setianya akan mengikuti apa yang dilakukan. Contohnya? hmm buanyaaaak. Karena follower setia dan fanatik itu menganggap apa yang dilakukan oleh idolanya itu keren. Benar atau salah, bermoral atau tidak itu urusan nanti, yang penting keren dulu.
Suatu tindakan buruk yang kemudian ditiru oleh orang lain, maka karma akibat keburukannya akan kembali kepada si pelaku mula. Lebih kurang seperti itu alur sebab akibat yang saya pahami.
Kehidupan bermedia sosial memiliki potensi interaksi dengan manusia-manusia lain yang tidak bisa kita prediksi persebarannya. Maka dari itu adalah bijaksana jika kita menebarkan kebaikan-kebaikan saja di akun-akun media sosial yang kita miliki. Ini menurut saya bukan sebuah pencitraan. Menjadi pencitraan jika kebaikan atau inspirasi yang disampaikan bertentangan dengan keseharian.
Mawas Diri Dalam Berkelakuan di Media Sosial
Lantas apakah tulisan ini semacam wujud keirian saya karena gagal menjadi selebgram? Hmmm bisa jadi iya, namun justru karena saya menyadari benih-benih yang tidak baik bersemi dalam hati maka secepat mungkin saya harus bisa meredamnya. Maka menuliskan tentang keresahan hati ini merupakan cara paling sederhana untuk meredamnya. Menetralkannya.
Bahkan semenjak saya dirasuki oleh pemikiran bahwa memiliki follower banyak itu mengerikan, jadinya semakin tidak tertarik menjadi seleb media sosial. Walaupun menjadi seleb media sosial ataupun tidak sama-sama memiliki potensi penyebaran kebaikan dan keburukan, menjadi sosok yang berada pada spotlight banyak orang itu untuk saya tidak mengenakkan. Semacam ada kebebasan yang terenggut.
Tapi entahlah, ini hanya perasaan saya saja. Pada titik tertentu, saya malah ingin menghilang dari peredaran media sosial kebanyakan yang kerap saya gunakan seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan Path.
Bersepi-sepi saja menulis, menuangkan pemikiran. Seperti halnya menulis dan membaca konten-konten menarik dan bergizi di Medium ini, merupakan sebentuk pelarian dari kejenuhan media sosial kebanyakan.
Paling tidak saya ingin menyeleksi apa-apa yang akan dikonsumsi oleh pikiran saya. Bukan hal-hal random tak terkendali yang memenuhi beranda media sosial.
Sekian, semoga ada manfaat yang bisa dipetik.
Salam,
DiPtra
Photo by Camila Damásio on Unsplash
Originally posted on diptra.id
Kalau gitu kuurungkan niat menjadi selebgram deh😢
LikeLiked by 3 people
Yah, padahal aku belum follow kamu.
LikeLike
Ayo segera difollow. Sebelum jd artis layar lebar, nanti sulit dijangkau (?) 😅
LikeLiked by 3 people
Dan menjadi mahal harga akunnya 😂😂😂
LikeLiked by 2 people
yoyooii Mas niat bikin akun follower banyak biar bisa diperjualbelikan akunnya.
LikeLiked by 1 person
Ide bagus. Peluang bisnis yang menjanjikan ini.
LikeLiked by 1 person
Oh iyaa memang, menjanjikan. tapi sejak IG memporpagandakan iklan maka follower bejibun menjadi kurang relevan. ahiahihiahiassh…
LikeLiked by 1 person
Anda begitu tahu banyak tentang dunia perseleban media sosial ya.
Dan perkembangan digital.
Ya walau begitu, setidaknya masih ada produk penguat rasa yang mau endorse mereka kan.
LikeLiked by 1 person
hanya mengikuti sedikit perkembangannya. terutama pola-pola funding-nya
LikeLiked by 1 person
Itu sangat penting. Mengingat peralihan media iklan dan bisnis ke arah sana.
LikeLiked by 1 person
yeaay. RIP conventional advertising.
LikeLiked by 1 person
Tak lagi ada baliho kelak.
LikeLiked by 1 person
Yah ko diurungkan niatnya menjadi selebgram. Padahal foto-foto selfie-mu belum nongol di beranda IG ku heuhehue
LikeLike
Demi menekan perang batin yang mungkin akan trjadi kalau nanti bneran jd selebgram wkwk ¦ eh iya follow lah bang igku 😂😅
LikeLiked by 1 person
IG mu apa sih mba’e? Onestly aku ndak tau hehe. Jadi selebgram giih biar banyak produk yang mengendorse..
LikeLike
@dearrn #jadipromosi haha
Yhaa masalahnya gaada yg mau endorse😭
LikeLiked by 2 people
aku endorse deh. Promosi blogku yaa huehueheu
LikeLike
Hahaha semacam mutualisme. Hm tp kok 😕
LikeLiked by 1 person
haha ntar deh liat jumlah followermu dulu. lebih enak pasang iklan di IG atau meng-endorse dirimu ehuehuheu… eh tapi blogku yang baru itu harus dipermak lagi bair lebih cantik macam kamu. Ahh sial, masih ada residu tukang gombal di jemariku.
LikeLike
Agaknya ku tak boleh langsung percaya dengan bualan mu ya Bang. Kau saja masih berpikir dua kali untuk memilih antara iklan dan endorse. Aku bukan pilihan Bang #eeaa #iwanfals
LikeLiked by 1 person
don’t trust me would be better hihi.
LikeLike
No gombal would be better (?) wkwk
-tadi salah reply-😂
LikeLiked by 1 person
Wani piroooo😏
LikeLiked by 1 person
Aku kira benar adanya kita harus mawas diri. Semakin banyak follower ya harus semakin hati-hati dan terus menunjukan kebaikan dalam diri, tapi jangan pencitraan semata. Hehehe 😊
LikeLiked by 2 people
iya itu, apalagi kalo sudah berstatus seleb. Harus ekstra hati-hati
LikeLiked by 1 person
Seperti mas Diptra kan ya. Seleb idolaque.. 😊
LikeLiked by 1 person
aduuh aku jadi shy shy cat..
LikeLiked by 2 people
Paan itu?
LikeLiked by 1 person
malu-malu kucing..
LikeLiked by 1 person
Hihihi. Ada ya di inggrisin gitu.
LikeLiked by 1 person
haha ndak tau lah mas. terjemahan brutal ajah.
LikeLiked by 1 person
Anggap saja sudah tepat. Haha
LikeLiked by 1 person
Setuju mas…lebih enak jadi orang biasa sih
LikeLiked by 2 people
Setujuuuu..
LikeLiked by 1 person
iya. Privasi lebih bisa dinikmati. Tak ada paparazi yang menguntit setiap hari. Ahh untung Lady Day ndak hidup di jaman Media Sosial.
LikeLike
Ya, mengerikan klau dipndang dari sisinya mas Diptra itu…
Bnyk pengikut itu memang berpotensi “tergelincir”, tp di sisi lain itu jg relatif sjlah. Jd akhirnya ttp kmbli k diri masing2 gmn menyikapinya.
LikeLiked by 2 people
He’eh Mas Des, Sedikit atau banyak follower-nya sama-sama berpotensi menggelincirkan. Bijak-bijak menyikapinya.
LikeLiked by 1 person
Pada titik tertentu aku pun juga ingin menghilang dari peredaran media sosial, dan bersepi dalam menulis. 😢
LikeLiked by 2 people
gampang…
caranya HP mu kasihkan aku, niscaya kamu akan menghilang dari peredaran social media hahahaha 😀
LikeLiked by 1 person
Tapi aku belum rela sedekah hape, masih satu. Belum lima biji 😩
LikeLike
Sudahlah, ikhlaskan saja buat aku…
kan aku butuh untuk berhubungan sama istri.. hihihihih
LikeLiked by 1 person
mksudnya berhubungan via HP, komunikasi mksudnya… entar takutnya bahas yang lainnya 🙂
LikeLiked by 1 person
Huahhaahha. Padahal aku masih polos lo, aku ga mengartikan lain kok mas Nur 😅
Ah, tp terima kasih sudah diperjelas.
LikeLiked by 1 person
aku meragukan kepolosanmu.. duuduu duuu
LikeLiked by 1 person
Hahaha. percaya waelah Mas.
LikeLiked by 2 people
believe it or not i can’t argue more hueheuhue
LikeLiked by 1 person
Hahaha
LikeLiked by 1 person
heuhehue relakan saja mbaaaak..
LikeLiked by 1 person
kufotokopi dulu hapeku, nanti kukasihkan Mas Nur hasil fotokopiannya.
LikeLiked by 1 person
beliin replikanya aja di lapak penjual mainan anak-anak.
LikeLiked by 1 person
Ide bagus Mas, ntar tinggal dipaketin gitu yak.
LikeLiked by 1 person
jenius. transfer mentahannya ajah heheh
LikeLiked by 1 person
super jenius. itu lebih hemat. tanpa tambahan ongkir. hahaha
LikeLike
haaiiissh kalo di Medium dirimu bisa meng-highlight sekaligus memberikan komentar pada kalimat yang dimaksud
LikeLiked by 1 person
Yak, hasutan ke sekian. 😀 btw aku tadi sudah mau log in, tapi ku urungkan lagi niatku Mas.
LikeLiked by 1 person
aaiih Rissa ajah dah punya lho. Tapi terakhir update tahun lalu. Aku sediiih..
LikeLiked by 1 person
Punya rumah banyak emang susah ngerawat. *kalau aku gitu sih. Tapi nanti pasti nyoba 😀
LikeLiked by 1 person
aku masih lone ranger di sana dan menemukan teman-teman baru huehehue. tapi santai, teman-teman di wordpress tak akan kulupakan.
LikeLiked by 1 person
Ranger, kalau pindah disana, aku mau jadi ranger abu-abu lagi. hahaha. Jangan sampai lupakan kita. 😦
LikeLiked by 1 person
Gimana caranya ngasih link di komentar, ini pasti pake coding lagi. huhuhu
LikeLiked by 1 person
yeaah pake a href=”…” ditutup dengan /a
LikeLiked by 1 person
Oke dicatat, makasih Mas Dip.
LikeLiked by 1 person
mi samiii…
LikeLiked by 2 people
Selebdipt 😐😐😐
LikeLiked by 3 people
SelebCal tabiik
LikeLiked by 1 person
Follower banyak memang mengerikan. Setengah dari followerku yg gak seberapa banyak itu org gak dikenal yg entah punya motivasi apa memfollow aku. Gak pulak aktif bersilaturahmi 😔😔😔
LikeLiked by 1 person
bihihih sabar mba. Kita mah selow ajah. Ngefollow biar bisa kepow
LikeLiked by 2 people
Folowerku akan sebanding dengan Following ku, jadi biar imbang 🙂
LikeLiked by 2 people
waaah dirimu memakai prinsip Surayah Pidi Baiq yaa bang. Moga segera dapet penggantinya yaa bang. Ikutan lomba blog yang berhadiah hape bang huehuehueh.
LikeLiked by 1 person
Akhirnya timeline saya kembali ramai oleh tulisan yang dirindukan netijen. Well writen, keep writing, Mas DiPtra! 😀
LikeLiked by 2 people
Betul akhir akhir ini banyak sekali bermunculan orang biasa yang mendadak bak artis terkenal, cukup di mengerti kalau memang mencari rezeki lewat itu tetapi yang di sayangkan adalah tampilan tampilan yang tidak bermutu banyak di tayangkan baik di acara tv maupun di media sosial. itulah sebabnya saya jarang sekali menonton tv skrg. Salam- oliv
LikeLiked by 1 person
Saya rasa juga begitu punya follower banyak iti bukan tanpa resiko. Terlebih lagi jika sudah di endors suatu produk misalnya. Jika produk yg kita promosikan tdk berkualitas bkn tdk mungkin nama kita akan jatuh jg.
Tap entahlah hehe
LikeLike
huehue iyaa mas, makan nasi aja punya resiko kok. kalo kebanyakan yaa bisa diabetes. Kalo makannya terlalu cepat yaa bisa keselek. makasih sudah mampiir 😀
LikeLike
Hehehe bisa aja jawabnya mas. Memang benar setiap pekerjaan yg kita lakukan memiliki resiko.
Sama sama mas. Postingannya bagus bagus walau belum sempat baga semua tapi secara keseluruhan good 👍👍👍
LikeLike