Hi, August..

Pagi tadi, sekonyong-konyong ada suara dalam kepala saya berbisik, “Bulan Agustus ini ente harus mulai nulis lagi…”

Ente sudah terlalu lama hiatus tanpa tulisan,” imbuhnya di sela-sela saya menyelesaikan pekerjaan kantor.

Iya juga ya, jika ditelusuri dalam kuantitas waktu, rasanya sudah hampir satu tahun saya berhenti menulis. Maksudnya rutin menulis di blog. Nah kategori rutin itu sendiri perlu didefinisikan lagi. Nanti lah lain kali kita definisikan term rutin itu aturan mainnya seperti apa.

Beberapa hal menjadi jelas ketika saya mulai menulis lagi di kali ini. Pertama, rasanya jemari ini kaku sekali untuk mulai mengetik dan menumpahkan isi pikiran.

Kedua, selama periode vakum menulis, ada saja sebenarnya opini, pemikiran, pendapat, kejadian, pengalaman dan sebagainya yang cukup menarik untuk diceritakan dalam bentuk tulisan. Namun, saya merasa pikiran kelu untuk menuliskan hal-hal itu.

Ketiga, otak atau pikiran serasa tumpul. Maksudnya begini, selama vakum menulis saya banyak menghabiskan waktu dengan membaca. Dari artikel receh sampai buku dengan genre yang lumayan berat. Nah, salah satu metode untuk menajamkan pikiran adalah dengan menuliskan lagi bangunan pemahaman dari berbagai hal yang menjadi input pikiran.

Keempat, mengikis sifat perfeksionis. Yuhuuu ini dia salah satu penhambat untuk menulis. Dulu sejak memiliki blog dengan domain sendiri, saya inginnya tulisan yang terbit di blog itu harus sempurna tanpa cela. Ternyata menggapai kesempurnaan adalah sebentuk kemustahilan.

Kelima, membekukan percikan ruh. Pendapat ini semacam terlalu filosofis. Namun, saya memiliki pendapat bahwa pancaran ruh dalam diri manusia itu berkorelasi terhadap waktu. Percikan-percikan ruh itu bisa diabadikan salah satunya dalam bentuk tulisan. Saya percaya ruh itu abadi karena berasal dari-Nya.


Oke lah yaa lima hal yang saya alami selama berhenti menulis rasanya cukup sebagai pemanasan kembali menulis di bulan Agustus ini. Anggap saja ini sebagai come back nya saya di dunia wordpress.

eheeum, Hi bulan Agustus tak usah malu-malu menyapa, kami akan menerima dirimu apa adanya.

Salam,

DiPtra.

13 thoughts on “Hi, August..

  1. Sama bangett, kadang sisi perfeksionis malah menjadi semacam penghambat tersendiri untuk menulis. Padahal sepertinya juga gapapa kalau menulis apa adanya ya 😀

    Like

Leave a reply to ndu.t.yke Cancel reply